Seperti yang terjadi di negara lain, di Indonesia punk masih
dianggap sebagai gerombolan remaja yang senantiasa membuat onar, mereka
memainkan musik yang keras, cepat, dan penyanyinya berteriak-teriak
tidak jelas. Dengan gaya berpakaian yang urakan, dan jauh dari kesan
anak baik-baik, masyarakat awam seringkali menarik kesimpulan bahwa punk
adalah segerombolan anak muda yang berperilaku kriminal. Didukung
dengan hingar bingar musik dengan lirik berisi kecaman-kecaman
pemberontakan mengakibatkan miringnya persepsi masyarakat mengenai punk.
Banyak
yang menganggap bahwa punk adalah aliran musik semata. Menurut para
pengusungnya, punk bukanlah aliran musik atau gaya fashion belaka,
tetapi ia adalah ‘sikap’ yang lahir dari sifat memberontak terhadap
ketidakpuasan yang ada di sekitar, entah itu politik, sosial, ekonomi,
bahkan terhadap bentuk keteraturan yang telah mapan. Rasa tidak puas
hati dan kemarahan inilah yang diekspresikan lewat musik dan gaya
berpakaian mereka.
Lagu-lagu punk lebih mirip
teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik mereka
menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan
hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran, serta
represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Sejak
awal 1970-an, musik punk sudah berkembang di Amerika, munculnya
band-band seperti The Ramones, New York Dolls, MC5, Iggy Pop & The
Stooges menandai awal munculnya genre punk generasi pertama. Di era
yang sama, pertumbuhan punk begitu meluas dikalangan anak-anak muda di
Inggris. Kala itu para remaja di Britania mencari media bagi mereka
untuk memberontak karena keadaan ekonomi yang payah. Pada masa inilah
revolusi punk bermula, para punks tersebut mayoritas berasal dari
remaja-remaja working class yang marah terhadap perekonomian dan sistem
sosial yang menindas.
Di era tersebutlah muncul band-band
seperti, The Sex Pistols, The Clash, The Damned, dan sederet nama
lainnya. Kehadiran The Sex Pistols di permukaan menjadi begitu
kontroversial sekali karena attitude dan keberanian mereka menentang
Kerajaan Inggris.
Punk setelah tahun 70-an
ditandai dengan kembali berpindahnya aktivitas punk dari Inggris ke
Amerika. Di sanalah scene-scene punk begitu menjamur. Mesikup tidak
secara keseluruhan, bentuk pemberontakan telah mengalami banyak
perubahan. Pada generasi ini cukup sulit untuk melihat punk semata-mata
dengan penandaan imaji seperti fashion, bahkan musik yang hingar bingar.
Punk seolah-olah merubah strategi pemberontakan mereka menjadi sebuah
gaya hidup tandingan.